
Liga Arab (Arab League) atau Al-Jami’a al-Arabiyah adalah sebuah organisasi regional bagi negara- negara Arab. Organisasi ini didirikan pada 22 Maret tahun 1945 lalu. Liga Arab disebut sebagai rumah bagi negara-negara dengan culture Arab yang berada di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sejak dibentuknya Liga Arab jumlah anggotanya terus bertambah hingga saat ini. Saat ini anggotanya berjumlah 22 negara, yang terdiri dari: Aljazair, Bahrain, Komoro, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Quwait, Lebanon, Libia, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Tunisia. Salah satu alasan terbentuknya organisasi regional ini adalah agar dapat menjadi penengah dalam perselisihan/konflik yang terjadi diantara negara anggotanya, atau bahkan dengan pihak lain. Liga Arab memiliki beberapa peran signifikan sebagai sebuah organisasi regional, yakni diantaranya berperan sebagai organisasi untuk mempererat persahabatan antarbangsa Arab, selain itu Liga Arab juga berperan sebagai organisasi yang berupaya untuk memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah ataupun mencegah berdirinya negara Yahudi di Palestina.

Palestina merupakan salah satu dari anggota Liga Arab yang mengalami konflik berkepanjangan dengan Israel dan baru- baru ini situasinya kian memanas. Sorotan khalayak umum selain tertuju pada kondisi Palestina yang memprihatinkan, juga tertuju fokusnya pada peran Liga Arab dalam menyikapi konflik tersebut. Banyak yang menilai Liga Arab terkesan ‘diam’ dalam menanggapi ataupun menolong negara anggotanya tersebut. Dibalik diamnya Liga Arab tersebut, beberapa pengamat mengamati bahwa itu terjadi karena beberapa alasan. Pengamat Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Siti Mutiah Setiawati mengamati bahwa alasan dari terabaikannya bangsa Palestina dari sisi Liga Arab adalah karena negara anggota Liga Arab memiliki masalah internal masing-masing, misalkan Arab Saudi hingga kini masih belum mengakhiri konflik dengan Yaman dan berselisih pula dengan Qatar, di sisi lain Uni Emirat Arab dan Bahrain malah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi menurut beliau, Liga Arab memang sudah terpecah dan organisasi yang bermasalah tidak bisa menyelesaikan masalah.
Setelah melihat faktor internal Liga Arab ‘diam’ dalam mengatasi konflik Palestina, faktor eksternal pun turut disoroti oleh pengamat yang lain, yakni Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide, beliau mengemukakan bahwa ada faktor eksternal yang mempengaruhi negara- negara Liga Arab dalam intervensinya atas konflik Palestina, yakni ketergantungannya dengan Amerika Serikat. Negara Arab dan Amerika Serikat memiliki kerjasama yang erat dalam bidang ekonomi, sehingga hal itulah yang dijadikan Amerika Serikat untuk mendominasi negara-negara Arab untuk mendukung kepentingan Israel. Ditambah lagi Amerika Serikat yang merupakan negara super power yang bersekutu dengan Israel. Sehingga menurut beliau, agar Liga Arab dapat berjalan sendiri sesuai dengan tujuan dan cita- citanya, bangsa- bangsa Arab harus menghentikan ketergantungannya terhadap Amerika Serikat, dengan meningkatkan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuannya. Oleh sebab itu pada kesimpulannya, berbagai pihak mengatakan bahwa Liga Arab gagal dalam memainkan perannya yang signifikan untuk meninimalisasikan konflik di kawasan dan membela kepentingan negara anggotanya.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan cek IG HMHI UNRAM di bawah:
SUMBER :
Hardoko, Ervan. (2018, Maret 22). Hari Ini dalam Sejarah: Liga Arab Terbentuk. Diakses dari https://internasional.kompas.com/read/2018/03/22/13225711/hari-ini-dalam-sejarah-liga-arab-terbentuk?page=all
Hermawan, Bayu. (2021, Mei 18). Pengamat: Liga Arab Kecil Kemungkinan Bantu Palestina. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/qt9qgi354/pengamat-liga-arab-kecil-kemungkinan-bantu-palestina-part1
Naufal Dzulfaroh, Ahmad. (2021, Mei 16). Mengapa Negara Arab Kini Banyak Diam dalam Konflik Israel- Palestina?. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/16/160000665/mengapa-negara-arab-kini-banyak-diam-dalam-konflik-israel-palestina-?page=all#page2