HMHI kembali mengadakan International Monthly Discussion (IRMD) pada tanggal 29 Mei 2021 lalu. IRMD bulan Juni kali ini membahas tentang sebuah film yang berjudul “Jojo Rabbit”. Film ini dirilis pada tanggal 8 November 2019 dengan genre komedi, drama dan perang. Film Jojo Rabbit sendiri diperankan oleh beberapa aktris yang berbakat seperti Roman Griffin Davis, Scarlett Johansson dan Taika Waititi. Film ini merupakan karya dari sutradara Taika Waititi yang mengadapatasikan dari novel yang berjudul “Caging Skies” karya dari Christine Leunes.

Jika kita melihat dari sudut pandang anak kecil tentang peperangan, difilm ini sangat jelas terlihat bagaimana pandangan anak kecil tentang perang pada zaman perang dunia II. Kediktatoran Nazi  sangat terlihat dimana anak seusia Jojo sudah mengidolakan pemimipinmya yaitu Adolf Hitler. Bahkan seusia Jojo saja sudah mengikuti kamp pelatihan militer yang dimana disana bukan hal wajar jika anak seusia Jojo mengikuti kegiatan tersebut. Salah satu respon dari Shafia Salsabila angkatan 19 yang menjadi peserta IRMD ia berpendapat bahwa “film ini menggambarkan proses mengeksploitasi anak seumuran Jojo dimasukan kedalam kamp militer. Mereka dipaksa untuk dewasa dengan fisik yg masih lemah yang seharusnya anak kecil seumuran itu tidak memikirkan tentang peperangan.

Pada film ini juga terlihat keberhasilan Nazi untuk mendoktrin anak seusia Jojo untuk membenci kaum Yahudi. Mereka bahkan menganggap kaum Yahudi seperti monster atau mereka menggangap tidak seperti manusia. Jojo beranggapan kaum Arya lah yang terbaik dari seluruh kaum yang ada. Sedangkan kaum Yahudi merupakan kaum yang mereka anggap bukan kaum manusia.

Salah satu peserta, Septiana Puji dari angkatan 19 mengatakan bahwa film ini juga menampilkan ketidaksetaraan gender. “Point yang didapat selama menenton 40 menit pertama yaitu proses doktrin yg dilakukan di dalam kamp militer oleh pemerintah Jerman untuk membenci ras Yahudi. Ketimpangan gender lainnya yang diperlihatkan pada film ini adalah anak laki-laki menerapkan wajib militer sementara anak perempuan yang hanya dibatasi untuk membantu perawatan para tentara yang terluka dan hanya untuk melahirkan anak-anak untuk Jerman.” ucapnya.

Penulis : Dhimas Alhady

Editor : Ahmad Ghufran Akbar

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *