Mataram Sebagai program kerja bulanan HMHI, International Relations Monthly Discussion (IRMD) kembali diadakan pada tanggal 25 April 2022 lalu dengan tema paradiplomasi. Sesuai namanya, IRMD adalah diskusi bulanan yang dilakukan oleh mahasiswa HI Unram dengan mengundang pemateri-pemateri profesional untuk membahas topik tertentu. Tujuan dari IRMD tak lain ialah sebagai forum dimana mahasiswa dapat menambah pengetahuan mereka dan melatih kemampuan untuk berpikir kritis. Kegiatan kali ini dilaksanakan secara hybrid, yakni peserta bergabung melalui online platform Zoom Meeting dan secara tatap muka di Gedung Soebiyanto FISIPOL Unram. Diskusi diisi oleh Bapak Indra Jaya Wiranata, M.A. sebagai pemateri yang menjelaskan mengenai paradiplomasi dengan judul “Posisi Subnasional dalam Praktik Paradiplomasi”.

Acara ini dibuka oleh MC dan penyampaian kata sambutan oleh ketua panitia. Selanjutnya, sesi penyampaian materi dimulai dengan Narasumber yang menyampaikan bahwa istilah paradiplomasi merupakan gabungan dari kata parallel dan diplomacy. Walaupun demikian, paradiplomasi hingga saat ini belum memiliki arti yang spesifik karena setiap ahli memiliki pengertian yang berbeda. Saat ini paradiplomasi lebih banyak ditekankan pada praktiknya, tidak hanya berfokus pada teori semata. Namun, paradiplomasi membahas banyak hal yang disesuaikan dengan wilayah dilaksanakannya paradiplomasi tersebut. Beberapa cakupan paradiplomasi, yaitu microdiplomacy, regional diplomacy, constituent diplomacy,dan lainnya. Istilah paradiplomasi sendiri mulai muncul pada tahun 1980. Beberapa ahli mengartikan paradiplomasi sebagai interaksi internasional langsung antara suatu daerah berupa dukungan, sanjungan, koreksi, duplikasi, dan tantangan dari sebuah negara. Paradiplomasi adalah konsep yang relatif baru, meskipun praktiknya sudah diterapkan sejak cukup lama yang biasanya terjadi karena adanya dorongan mengenai kepentingan yang spesifik. Aktor paradiplomasi sub-nasional umumnya merupakan pemerintah lokal/regional yang bertindak sebagai aktor dalam negeri. Seiring dengan berkembangnya politik internasional, pemerintah lokal/regional juga seringkali melakukan interaksi internasional dan dilanjutkan dengan penyusunan kebijakan kerja sama luar negeri. Tak hanya aktor pemerintah, aktor yang berperan dalam paradiplomasi juga dapat berasal dari kalangan non-pemerintah seperti kelompok masyarakat, perusahaan multinasional, kelompok kepentingan ekonomi, organisasi internasional, hingga bagian birokrasi pemerintah suatu negara.

Selanjutnya, pemateri mengenalkan 11 dimensi paradiplomasi yang berbeda. Sebelas dimensi ini mencakup dimensi konstitusional, dimensi federalis, dimensi nasionalisme, dimensi hubungan internasional, dimensi studi wilayah, dimensi globalisasi, dimensi keamanan/geopolitik, dimensi ekonomi global, dimensi lingkungan, dimensi diplomasi, dan dimensi separatis.

Pemateri juga menyinggung mengenai kategori praktik paradiplomasi. Pemateri menyampaikan bahwa ada kategori praktik paradiplomasi terdiri dari 3 hal yaitu; hanya berorientasi pada tujuan-tujuan ekonomi, seperti perluasan pasar dan pengembangan investasi ke luar negeri; melibatkan berbagai bidang dalam kerja samanya atau multipurpose, seperti kebudayaan, pendidikan, kesehatan, dan teknologi; serta melibatkan motif-motif politik dan identitas nasionalis wilayah yang spesifik, praktik ini berusaha menjalin hubungan internasional dengan semangat yang sangat besar untuk mengekspresikan identitas nasional wilayah mereka yang spesifik dan berbeda dengan sebagian besar wilayah di negaranya.

Penyampaian materi berlanjut dengan penjelasan tentang salah satu bentuk implementasi dari paradiplomasi, yakni Sister City yang merupakan kerjasama antar dua kota, daerah setingkat provinsi, negara bagian, atau perfektur yang memiliki satu atau dua lebih kemiripan dimana kedua daerah tersebut berasal dari negara yang berbeda. Kemiripan antara kedua kota tersebut bisa berupa kesamaan latar belakang sejarah, bentuk geografis, dan lainnya. Contoh Sister City yang masih berlangsung di Indonesia adalah Yogyakarta-Kyoto yang bekerjasama dalam bidang akademik dan kebudayaan, Surabaya-Liverpool yang bekerjasama dalam berbagai bidang, serta Medan-Gwangju yang bekerjasama dalam bidang properti dan pendidikan.

Di penghujung diskusi, Pemateri membuka sesi tanya jawab dan mempersilakan peserta untuk bertanya. Terakhir, seluruh rangkaian acara IRMD April ditutup dengan sesi foto bersama Pemateri dan seluruh peserta.

Penulis            : Silmi Fadhlina

Penyunting      : Innaya Amalia Santoso

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *